11 Cara Menasehati Anak Remaja Laki-Laki yang Susah Diatur

Table of Contents
Ilustrasi anak remaja laki-laki yang enggan mendengarkan orang tua – cara menasehati anak remaja laki-laki yang susah diatur.

Menghadapi anak remaja laki-laki yang susah diatur memang bukan perkara mudah bagi orang tua. Pada usia remaja, khususnya remaja laki-laki, anak sedang mencari jati diri dan cenderung ingin lebih mandiri. Akibatnya, nasihat orang tua sering dianggap angin lalu. Cara menasehati anak remaja laki-laki membutuhkan strategi khusus: penuh kesabaran, pemahaman, tapi tetap tegas.

Jika Bunda atau Ayah merasa anak remaja sulit diatur, jangan putus asa. Berikut ini kami sajikan outline dan tips lengkap bagaimana menasehati remaja laki-laki yang bandel agar lebih patuh. Tips ini disusun berdasarkan riset parenting terbaru dan mengutip saran pakar, sehingga diharapkan mampu mengisi celah yang belum dibahas tuntas oleh artikel kompetitor. Mari simak cara-caranya!

1. Pahami Alasan Remaja Laki-Laki Susah Diatur

Sebelum memberi nasihat, orang tua perlu memahami penyebab anak remaja sulit diatur. Remaja laki-laki mengalami banyak perubahan fisik dan hormonal yang memengaruhi perilakunya.

Menurut dr. Aisah Dahlan CHt., secara biologis ukuran hipotalamus pada otak laki-laki lebih besar dibanding perempuan, sehingga kebutuhan dasar seperti makan dan tidur pun berbeda.

Remaja laki-laki yang lapar atau lelah cenderung lebih mudah emosi dan sulit fokus, sehingga dinasehati pun belum tentu masuk.

Faktor lain seperti perubahan hormonal pubertas, pengaruh pergaulan teman sebaya, hingga keinginan untuk lebih mandiri juga berperan. Dengan memahami hal-hal ini, Ayah dan Bunda bisa lebih empati melihat dunia dari sudut pandang anak remaja.

Kuncinya: Pastikan kondisi fisik dan emosional anak dalam keadaan baik sebelum dinasehati. Riset menunjukkan anak yang lapar, marah, kesepian, lelah, atau stres (disingkat HALTS) memang lebih sulit diajak bekerja sama. Jadi, penuhi dulu kebutuhan dasarnya dan pilih waktu yang tepat untuk berbicara.

2. Pilih Waktu yang Tepat untuk Memberi Nasihat

Cara menasehati anak remaja laki-laki selanjutnya adalah memperhatikan timing. Jangan menasehati anak saat ia sedang lelah sepulang sekolah, lapar, atau asyik melakukan hobinya. Tunggu momen yang santai dan rileks – misalnya setelah anak makan malam atau saat ia dalam mood yang baik.

Mengajak bicara di waktu yang tepat akan membuat anak lebih terbuka menerima nasehat orang tua. Sebaliknya, jika orang tua memaksakan memberi petuah di saat yang kurang pas, anak bisa merasa risih dan justru semakin menutup diri.

Ingat, remaja laki-laki susah diatur sering kali karena mereka merasa orang tua tidak mengerti perasaan mereka. Maka dari itu, tunjukkan bahwa Ayah dan Bunda peduli dengan memilih waktu berbicara yang nyaman bagi anak.

3. Sampaikan Nasihat secara Singkat dan Jelas

Remaja umumnya tidak suka ceramah panjang lebar. Saat menasihati, bicaralah to the point, singkat, namun tetap dengan nada lembut. Hindari mengulang-ulang kalimat yang sama karena anak bisa kehilangan minat mendengarkan.

Cara menasihati anak remaja yang efektif adalah dengan menyampaikan poin utama saja, lalu beri kesempatan ia mencerna. Misalnya, daripada berbicara berputar-putar, katakan langsung apa yang orang tua khawatirkan dan harapkan dari anak.

Tetap gunakan kata-kata yang manis dan tidak menggurui. Gaya komunikasi seperti ini lebih dihargai remaja, karena mereka merasa diperlakukan seperti young adult yang pendapatnya juga didengar, bukan seperti anak kecil.

4. Gunakan Nada Bicara Tenang, Hindari Membentak

Saat anak remaja bandel, orang tua mungkin terpancing emosi. Namun, usahakan tetap tenang dan sabar ketika menasehati. Berteriak atau membentak hanya akan membuat anak merasa tertekan dan defensif.

Jangan berbicara dengan suara tinggi atau nada mengancam. Sebaliknya, gunakan nada suara yang tenang, tegas namun hangat. Misalnya: daripada berkata “Kamu selalu salah, Ayah capek ngasih tahu!” dengan nada marah, cobalah “Ayah paham kamu kesal, tapi mari cari solusi sama-sama ya.”

Dengan tidak membentak, anak remaja laki-laki susah diatur pun akan lebih mau mendengarkan karena ia merasa dihargai.

Ingatlah bahwa tujuan menasehati adalah agar pesan kita dipahami, bukan sekadar meluapkan amarah. Menurut para psikolog, menjaga emosi tetap stabil saat menghadapi remaja akan membuka ruang dialog yang lebih positif.

5. Lakukan Kontak Mata Sewajarnya

Menjalin kontak mata itu penting, tapi ada triknya untuk remaja laki-laki. Terlalu menatap mata anak terus-menerus justru bisa membuatnya risih atau terintimidasi. Gunakan kontak mata seperlunya saja, terutama saat menyampaikan poin penting, lalu beri jeda.

Biarkan anak sesekali mengalihkan pandangan agar ia merasa lebih santai. Cara ini menunjukkan bahwa Bunda atau Ayah tegas namun tidak mengintimidasi.

Remaja laki-laki biasanya lebih nyaman berbicara sambil melakukan aktivitas lain (misalnya sambil berjalan atau mengerjakan sesuatu) daripada dipandangi terus-menerus.

Jadi, saat berdiskusi, ciptakan suasana se-natural mungkin. Yang terpenting, pastikan anak tahu bahwa perhatian orang tua tertuju padanya, tanpa perlu menatap dengan tatapan menghakimi.

6. Bangun Komunikasi Dua Arah

Daripada memberikan ceramah satu arah, ajaklah anak remaja berdialog. Berikan ia kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dan berpendapat. Tanyakan dengan tenang, “Menurut kamu sendiri bagaimana?” atau “Kira-kira apa yang membuat kamu merasa kesal?” Mendengarkan aktif adalah kunci dalam menasihati remaja.

Ketika anak merasa suaranya didengar, ia akan lebih terbuka pada nasihat. Hindari memotong pembicaraan atau langsung menyalahkan. Walau mungkin kita tidak selalu setuju dengan pandangannya, hargai dulu apa yang ia sampaikan.

Setelah itu, barulah orang tua menanggapi dengan bijak. Pola komunikasi dua arah ini membuat anak merasa dihormati, sehingga nasihat Anda lebih mungkin didengar. Sebaliknya, jika orang tua hanya mengomel panjang tanpa memberi ruang dialog, remaja akan cenderung menutup telinga.

7. Berikan Alasan dan Konsekuensi yang Logis

Remaja sering membantah karena mereka butuh penjelasan di balik aturan. Jadi, saat menasehati, selalu sertakan alasan yang logis mengapa suatu perilaku tidak boleh dilakukan.

Misalnya, daripada sekadar berkata “Jangan pulang larut malam!”, jelaskan “Kalau kamu pulang terlalu malam, Ibu khawatir terjadi apa-apa di jalan. Selain itu, besok kamu bisa kesiangan dan lelah saat sekolah.” Dengan begitu, anak paham konsekuensi dari tindakannya.

Selain alasan, orang tua juga perlu menetapkan batasan dan konsekuensi tegas jika aturan dilanggar, namun pastikan konsekuensi tersebut mendidik (bukan hukuman fisik).

Contoh: jika anak melanggar kesepakatan jam malam, konsekuensinya waktu main gadget dikurangi keesokan harinya sebagai konsekuensi logis. Langkah ini mengajarkan anak bertanggung jawab atas pilihannya. Berikan konsekuensi secara konsisten agar anak tahu orang tua serius dengan aturan.

8. Ajak Remaja Membuat Kesepakatan Bersama

Daripada menetapkan aturan secara sepihak, lebih baik libatkan anak remaja dalam membuat kesepakatan. Misalnya, diskusikan bersama tentang jadwal belajar, batas waktu bermain gim, atau pekerjaan rumah tangga.

Dengan terlibatnya anak dalam proses tersebut, ia akan merasa memiliki tanggung jawab untuk mematuhi hasil kesepakatan. Contohnya, buat kesepakatan bahwa malam hari pukul 9 adalah waktu batas penggunaan ponsel.

Jika anak ikut menyetujui aturan itu, ia akan lebih sulit membantah karena merasa dilibatkan. Cara ini efektif untuk remaja bandel karena mereka umumnya akan menurut pada aturan yang mereka ikut buat sendiri. Tinjau ulang kesepakatan tersebut secara berkala (misalnya setiap minggu) untuk evaluasi, dan revisi jika perlu, agar tetap relevan dengan kondisi anak.

9. Jadilah Teladan dan Tunjukkan Kasih Sayang

Nasihat akan kurang mempan jika orang tua tidak memberi teladan nyata. Remaja adalah pengamat ulung; mereka mencontoh tindakan orang tua lebih daripada kata-kata. Jadi, pastikan Ayah Bunda juga menjalankan apa yang dinasihatkan.

Contoh sederhana, jika orang tua meminta anak untuk tidak banyak bermain gadget, maka orang tua pun sebaiknya tidak terus-menerus menatap layar ponsel di rumah.

Selain itu, selalu tunjukkan kasih sayang kepada anak meski ia sedang sulit diatur. Kadang remaja berperilaku bandel justru karena merasa kurang diperhatikan atau ingin menguji batas.

Pastikan “tangki cinta” anak terpenuhi – luangkan waktu untuk hal-hal yang ia suka, ucapkan sapaan dan panggilan sayang, serta beri pelukan jika memungkinkan.

Remaja yang merasa dicintai akan lebih mudah dibimbing. Menghujani anak dengan kasih sayang bukan berarti memanjakan secara berlebihan, melainkan menciptakan ikatan emosional yang kuat. Dengan ikatan inilah, nasehat orang tua akan didengar karena anak tahu itu datang dari orang yang tulus menyayanginya.

Bunda bisa membaca juga artikel kami tentang Cara Mendidik Anak yang Keras Kepala dengan Pendekatan Positif untuk memahami lebih lanjut bagaimana memberi contoh dan kasih sayang pada anak tanpa terkesan memaksa.

10. Apresiasi Perilaku Positif dan Dukung Hobinya

Jangan hanya menegur kesalahan anak, tapi berikan pujian saat ia berbuat baik.

Misalnya, jika ia pulang tepat waktu atau membantu pekerjaan rumah, akui dan apresiasi: “Ayah senang kamu tadi langsung pulang jam 9 sesuai janji, terima kasih ya nak.” Pujian dan penghargaan yang tulus bisa memotivasi anak untuk mempertahankan perilaku positif.

Selain itu, dukung minat dan bakat remaja laki-laki Anda. Apabila ia hobi olahraga, seni, atau aktivitas tertentu, tunjukkan antusiasme orang tua dengan hadir di kegiatannya atau menyediakan fasilitas pendukung.

Saat anak merasa didukung dan diapresiasi, ia akan lebih percaya diri dan hubungan orang tua-anak pun membaik. Dengan hubungan yang positif, menasehati anak akan jauh lebih mudah karena terbentuk rasa saling percaya.

Dukungan pada hobi juga bisa menyalurkan energi remaja ke hal-hal produktif sehingga mengurangi kemungkinan ia berulah negatif karena bosan atau butuh perhatian.

11. Tetap Konsisten dan Sabar

Terakhir tetapi paling penting, orang tua harus konsisten dengan aturan dan nasihat yang sudah disepakati. Jangan berubah-ubah hanya karena anak merengek atau karena orang tua lelah. Konsistensi menunjukkan kesungguhan Anda, sehingga anak tahu batas yang jelas.

Jika sekali waktu konsistensi dilanggar, anak remaja akan menangkap sinyal bahwa aturan bisa dinegosiasi seenaknya. Tentu, konsistensi ini harus diimbangi dengan fleksibilitas yang bijak – misalnya, bila ada situasi khusus, aturan bisa didiskusikan lagi.

Di samping konsisten, bersabarlah dalam proses perubahan perilaku anak. Remaja yang tadinya susah diatur tidak akan langsung berubah jadi penurut hanya dengan sekali dinasehati. Ia mungkin akan menguji batas berkali-kali, atau kadang kembali melanggar aturan meski sudah diberi tahu.

Di sinilah kesabaran Ayah dan Bunda diuji. Terus berikan bimbingan tanpa lelah, ulangi nasihat dengan kasih sayang, dan berdoalah untuk kebaikan anak. Percayalah, dengan pendekatan yang tepat dan doa orang tua, lambat laun hati si remaja akan luluh juga.

Simak pula 7 Jurus Mendidik Anak Menuju Sukses yang membahas prinsip pengasuhan konsisten dan pembentukan karakter positif anak sejak dini.

FAQ (Pertanyaan Umum)

Untuk melengkapi informasi, berikut ini beberapa pertanyaan yang sering diajukan mengenai cara menasehati anak remaja laki-laki yang susah diatur, beserta jawabannya:

Kenapa anak remaja laki-laki susah diatur?
Masa remaja adalah fase anak mencari jati diri dan kemandirian. Remaja laki-laki sering ingin diperlakukan seperti orang dewasa sehingga mereka cenderung menolak diatur. Perubahan hormon, pengaruh teman sebaya, dan keinginan untuk eksis juga bisa membuat mereka bandel. Terkadang, mereka susah diatur karena merasa orang tua tidak memahami perasaan atau kebutuhan mereka. Oleh sebab itu, pendekatan orang tua perlu disesuaikan dengan memahami kondisi dan psikologi remaja tersebut.
Bagaimana cara menasehati anak remaja agar nasihat didengar?
Kuncinya adalah komunikasi efektif. Pilih waktu yang tepat saat anak rileks, lalu sampaikan nasihat dengan tenang, singkat, dan jelas. Hindari nada menghakimi atau membentak. Ajak dialog dua arah dan dengarkan pendapat anak. Berikan alasan logis di balik nasihat Anda supaya ia mengerti kenapa hal itu penting. Ketika anak merasa dihargai dan dipahami, ia akan lebih mau mendengarkan nasihat orang tua.
Apakah perlu memberi hukuman jika anak remaja melanggar aturan?
Hukuman fisik atau bentakan keras tidak disarankan, karena justru berdampak negatif pada hubungan Anda dan anak. Namun, konsekuensi yang mendidik boleh diberikan agar anak belajar tanggung jawab. Misalnya, jika melanggar jam malam, konsekuensinya jatah main gim berkurang. Yang penting, sampaikan konsekuensi ini sejak awal sebagai bagian dari kesepakatan. Hindari hukuman yang sifatnya balas dendam atau mempermalukan anak di depan orang lain. Fokuslah pada disiplin positif dibanding hukuman negatif.
Bagaimana jika anak tetap membangkang meski sudah dinasehati?
Tetap tenang dan jangan menyerah. Beberapa remaja mungkin butuh waktu lebih untuk berubah. Jika ia tetap membangkang, evaluasi lagi pendekatan Anda: Apakah sudah melibatkan anak dalam diskusi? Apakah aturan yang dibuat terlalu kaku? Coba koreksi dan komunikasikan ulang. Sabar dan konsisten adalah kuncinya. Kalau diperlukan, libatkan figur yang dihormati anak (ayah/ibu, kakak, atau mentor) untuk membantu menasihati. Dalam kasus ekstrem, tidak ada salahnya berkonsultasi dengan konselor atau psikolog remaja untuk mendapat masukan profesional.
Apakah menasehati remaja laki-laki perlu berbeda dengan remaja perempuan?
Secara umum prinsipnya sama, yaitu komunikasi penuh empati dan menghargai anak sebagai individu. Namun, remaja laki-laki cenderung memiliki pendekatan emosional yang berbeda. Mereka mungkin lebih tertutup dalam mengekspresikan emosi, sehingga orang tua perlu lebih peka membaca bahasa tubuh dan suasana hati mereka. Remaja laki-laki juga biasanya butuh ruang untuk cooling down sebelum mau diajak bicara saat sedang marah. Sementara remaja perempuan umumnya lebih ekspresif bercerita. Jadi, bedanya lebih ke penyesuaian gaya komunikasi saja. Tetap kenali karakter anak Anda pribadi, karena tiap anak unik.

Kesimpulan

Menasehati anak remaja laki-laki yang susah diatur bukan hal mustahil selama orang tua mau memahami dunia mereka dan menerapkan pendekatan yang tepat. Mulai dari memilih waktu yang pas, berkomunikasi dengan tenang tanpa emosi, hingga melibatkan anak dalam membuat aturan – semua cara di atas bertujuan agar nasehat orang tua sampai ke hati anak remaja.

Jangan lupa untuk selalu memberi teladan yang baik dan menyirami anak dengan kasih sayang. Jika anak merasa dicintai dan dihargai, perlahan sikap bandelnya akan luluh. Terakhir, selalu sabar dan konsisten dalam mendidik.

Perubahan positif pada anak remaja mungkin tidak instan, tapi dengan upaya terus-menerus dan doa, insyaAllah anak akan tumbuh menjadi pribadi yang penurut, disiplin, dan bertanggung jawab.

Semoga tips di atas bermanfaat bagi Ayah dan Bunda dalam menghadapi si jagoan yang mulai beranjak remaja. Selamat mencoba, dan semoga sukses menjalin komunikasi harmonis dengan putra remaja Anda!

Posting Komentar